Desa Tuntung Berawal Dari Bunyian Gong “Tung tung tung”
Selasa, 13 November 2012
Sejarah Desa
Desa Tuntung Berawal Dari Bunyian
Gong “Tung tung tung”
Peliput : Muslim Paputungan
Editor : Didink
Berdasarkan informasi yang Dihimpun oleh Media Totabuan dari berbagai sumber diantaranya Almarhum S.P Guhung Yang telah menititipkan sebuah naskah sejarah Desa tuntung yang ditulis Beliau, kami mengucapkan terima kasih dan syukur moanto semoga almarhum ditempatkan di dikalangan orang-orang Sholeh Dan Takwa.
Bolaang Mongondow utara- Pada zaman dahulu kala, ada suatu tempat yang berada disebelah barat Kecamatan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongodow. Lokasi itu terletak di tepi pantai yang berbentuk semacam teluk yang dikerumuni pohon-pohon serta rumput yang hijau
Sehingga membuat tempat itu terlihat strategis dan indah dipandang.
Lokasi itu ternyata sebuah tempat yang dihuni oleh manusia-manusia atau sekelompok orang yang berbadan kecil-kecil, keseharianya bekerja mengambil hasil hutan seperti rotan, kayu dan lainnya.
Para kelompok ini terkadang juga sering turun ke pantai sambil membawa rotan, kayu hasil olahan mereka. Selain itu Nampak terlihat sebuah bangunan yang berdiri dengan bebrapa pohon kayu terlihat seperti gubuk dengan ditutup dengan daun woka, merupakan tempat dimana mereka beristirahat , Walaupun gubuk tersebut berdekatan dengan pantai, Namun lokasi itu tidak pernah tersentuh oleh gelombang air.
Tidak jauh dari lokasi itu terdapat sebuah sungai yang sewaktu-waktu digunakan sebagai tempat untuk menangkap ikan, Selain ikan, mereka juga mengkonsumsi makanan sagu yang didapat dari pohon enau.
Seiring dengan berjalannya waktu, pada abad ke – XVII ada sebuah perahu yang sempat berlabuh di lokasi tersebut, yang dipimpin oleh Raja Datu Binangkang, ketika perahu itu tiba di teluk secara bersamaan membuyikan sebuah Gong sebagai pertanda kapal telah berlabuh dengan bunyi “
Tung Tung Tung”.
Bunyi tersebut membuat para kelompok tadi langsung bergegas untuk turun dan melihat ketempat arah bunyi itu. Dari peristiwa berlabuhnya kapal itu sehingga mereka mengadakan musyawarah dan menanamainya “Tuntung”.
Sementara itu, Pada tahun 1908 terbentuklah Desa Tuntung yang dipimpin oleh Juka Hapili yang memerintah sejak tahun 1908 – 1913. Pada masa pemerintahan Juka, Masyarakat merasa aman dan selalu hidup berkasih sayang kepada satu sama lain.
Semenjak berdirinya desa tuntung, beberapa Kepala Desa yang sempat menjabat diantaranya, Djuka Hapili dari 1908-1913, Djukalang Hankiho 1913-1918, Bomo Korompot 1918-1924, Kasili Buhang 1924-1930, Leo Mokodompis 1930 – 1933, Ain Antogia 1933-1936,Pilek Buhang 1936, Bolano Buhang 1936-1947, Dudo Toana 1947, Walem Antogia 1947 – 1948, Hasan Buhang 1948, uno 1948-1949, Bolano Buhang 1949-1950, après korompot 1950-1956, nasira mokodompis 1956-1957, Boupe Hankiho 1957-1958, Après Korompot 1958-1960 , Boupe Hangkiho 1960-1963, Abas Gumohong 1960- 1964, Boupe Hankihong 1964-1971, Suardi Gobe 1971-1972, Après Korompot 1972-1975, Abdul Latif Salute 1975-1982, Agi Inggirina 1982-2004, Alim Hangkiho 2004-2009 dari data diatas memang beberapa pemimpin yang sempat menjabat kepala desa berulang kali. Hingga kini desa tuntung dipimpin oleh Alim Hankiho.(*)